Percakapan Partere
Harusnya percakapan kita tak sebisu ini
Dan aku masih membeku
Diperempatan partere kala itu
Lambaian ujung kerudungmu
Menjawab ribuan pertanyaan
Mengapa;
-senja membentuk bulan
separuh goyah menemani kepulanganmu
pun kau tersenyum dari balik kaca
bulan pecah dalam seribu bagian
larut bersama air hujan
seketika gelap mengepung: dingin;
asap rokok :entah puntung keberapa
belum bisa menyaingi;
sesak rindu ini akan percakapan kita tadi.
Sebuahruang, 2010
Laki-laki Gaza
untuk semua jeritan dan tangis kematian di tanah
para nabi.
dengan darah anakku telah ku
tuliskan kaligrafi perdamaian pada
dinding mesjid, pada tiang-tiang sekolah, pada
puing-puing kebahagian yang telah lama lalu hancur
dari debu fosfor yang bercampur
air mata janda dan orang tua yang kehilangan anaknya
kutuliskan surat cinta
pada iblis yang hatinya menjelma tembaga
O, Penjaga Surga
lihat aku berdiri!
menghadang peluru yang menari tak henti henti
menggengam tangan saudara ku yang menjadi dingin
suara izroil membisik lewat
bom yang menderu dikejauhan: siapkan bekalmu.
Oh, aisyah, bila aku tak pulang senja hari ini
bacakan yassin tiga kali saja.
Karawang,2010
Tembang malam
kepada bulan yang menyimpan rahasia
biarkan dia berputar sekehendaknya
memutar episode yang selalu tak kumengerti
entah tentang pertemuan kita
atau air mata yang mengembun pada kehilangan
ini malam aku sedang belajar melupakan
suara mu
garis senyum mu
atau parfum yang masih dapat kueja baunya
tapi detak jam terus membentang kenangan tak henti-henti
apa kita tak bisa bersikap dewasa pada perasaan
melupakan sesuatu seperti sejarah pada buku sekolah
hingga juni datang
udara mulai berubah
ada senja baru yang indah
dan ujung kerudung lain yang mulai ku jamah
tapi malam disetiabudi tetap menjadi teralu dingin
aku setia kesepian
hati mulai tenang pada gelap
lalu bayangmu yang menempel pada tiap jejak ini
masih mecekik langkahku
menggiring kembali.
meski rindu ini tak berani memeluk padamu.
Katamso, 2010
Sebuah Ucapan
: kepada Gina Agniya
Na, hidup ada puzzle -sebuahtekateki-
dan takdir adalah jawaban yang harus kau susun keping demi keping tiap hari.
dari satu jawaban harus ada pengorbanan, entah keringat atau darah yang dibawa waktu berlari tak henti-henti
tapi, saat lelah cobalah bersandar dalam dzikirNya
cairkan batu yang kau susun menjadi arca dosa dalam hatimu
biarkan pengampunan menjadi katalis dalam do’a do’amu.
hingga
yang suatu saat akan ada sebuah cerita.
menghiasi nisanmu dalam kata-kata
orang pengantar jenasah
baik atau buruk karena hanya seperti itulah hidup.
sebuah halte kecil sebelum sorga.
selamat ulang tahun gina.
Bandung, 2010
Suatu ketika saat Dini hari
(I)
Sebagai mimpi,
seharusnya kamu tak mengembunkan kerinduan dalam dua kelopak mataku
sebait katakata yang disebut do’a terucap lambat; ambil dia dalam mimpiku.
(II)
Pagi memang selalu bisu dalam baitbait kesepiannya
dingin yang bicara pada tubuh ini membangunkan jiwaku perlahan
setengah melayang Air wudhu jadi pelampiasan
sajadah kujadikan arena diskusi dengan Tuhan : Masalahnya adalah Kamu.
karena
Aku sudah hilang akal dengan kamu yang tak henti menitipkan senyuman
Apa kamu tak lelah terus menyulam kerinduan?
(III)
Sebagai yang memburumu
Pagi ini aku membetulkan panah yang telah usang
Dimakan putus Asa
Tak ada lagi kedamaian dalam lembah tanganmu
semua hilang oleh kemarau
cinta ? gibran pun hilang akal karenanya.
Bandung, 2010
Dandelion
pagi ini aku telah memetik sebatang dandelion
dari taman rahasia milik kita
meniupnya jauh-jauh
batangnya ku genggam erat
–sendiri.
aku hanya merindukanmu dalam do’a
yang kulapalkan dengan tergagap dipagi buta
karena kita telah melarang hati kita
untuk saling mengenal.
kita bersikap dewasa
saling melupakan meski masih bertatapan
Na, cinta adalah sesuatu yang asing bagimu
dan hanya dongengan indah bagiku.
Bandung, 2010
Sri Perawan Kota
: Terkenang karawang
Sebagai laki-laki aku tak pernah Ingkar mencintaimu
Ditiap perjumpaan Aku selalu menawarkan sejumput cita-cita
Kita akan dikawinkan hujan dan kau akan melahirkan
ANGGOTA DPR, MENTRI AGAMA, SARJANA SASTRA ATAU PRESIDEN dari
Sawah gemuning yang terkandung dirahim mu.
Sri, September ini aku pulang untuk mu
Sangat haus dan ingin segera bercinta
Tapi sungguh senyum mu telah tertelan reklame iklan
Dengan seratus ribu kemunafikannya.
Dan mimpi-mimpi palsu itu, terus menelanjangi tubuhmu
Leher jenjangmu berlubang kecurangan.
Kini para dewa dengan sihirnya telah melacuri rahimmu
Kau tak lagi perawan,sri!
mereka memakaikan mu gaun yang ditenun dari keserakahan
Dengan kecantikan semu dan kebanggaan palsu
Kau berjalan pongah menuju barat.
Sri, entah pada episode yang mana untuk bisa mencinta mu lagi.
Karawang, 2010.